Selasa, 17 Mei 2016

Dongeng "Tas Ajaib"




Bermain adalah Belajar
oleh
Dika dan Purni
 
 “Yan, mai ngoyong malu, negak malu jeg meplayanang gen gae ne!” teriak Men Ketut kepada anaknya yang berumur 4 tahun karena terlalu lama bermain di luar dengan temannya.  Mereka bermain dan meneliti seekor kumbang koksi.
“Hehehe” Bayu tertawa dan melanjutkan bermain dengan kumbang yang ada di rumput. Men Ketut diam dan menunggu anaknya sampai selesai bermain.
Mari kita renungkan cerita singkat dari Men Ketut tersebut. Kita sering menganggap anak yang bermain itu tidak berguna dan hanya membuang-buang waktu. Kita lebih suka melihat anak tidur siang atau diam di rumah sambil menulis atau membaca buku. Kebiasaan yang kita anggap baik itu, sebenarnya tidaklah tepat jika anak kita berumur 2 – 7 tahun. Anak-anak memerlukan bermain dan bermain adalah pekerjaan mereka. Dalam permainan, anak-anak akan mengenal segala hal yang ada di sekitarnya. Mulai dari tanah, pakaian, teman, pohon, dan lain sebagainya. Jadi, dalam permainan anak terdapat pelajaran yang akan dipelajari dan diingat oleh anak.
 Apa tadi dialami  dan diperkembangkan oleh anaknya Men Ketut dan temannya?   Mari kita menerangkan maknanya  pengalaman  mereka berdua dengan kumbang-kumbang.  Latihan motorik halus:  meraba dan indra  perasa (hati-hati jika dicubit keras kumbang akan mati!)  Proses  menghitung (bintik-bintik,  kaki-kaki,  2 sayap yang keras dan 2 sayap yang lembut dan panjang).  Perkembangan  pengamatan,  interaksi sosial saling membantu dan  saling  mendengarkan,  percakapan tentang makanannya kumbang-kumbang,  menunjuki rasa hormat kanak-kanak pada  kehidupan yang diteliti. 
Mari simak cerita sekumpulan anak-anak PAUD yang sedang bermain Lego berikut ini. Suatu pagi, anak-anak PAUD sudah datang dan berlari-larian menuju ke tempat permainan. Beberapa anak menuju ke permainan ayunan dan ada yang bermain perosotan. Beberapa anak memilih untuk mengambil Lego dan memainkannya. Lego adalah permainan merakit balok-balok agar menjadi suatu bangunan. Anak-anak ini sudah tahu bagaimana cara memainkan Lego dan mulai memainkannya sendiri-sendiri. Ada yang membuat robot, kapal terbang, gedung dan mobil. Beberapa saat kemudian, seorang anak berkata.
“Weh, ngae gedung jani mih bareng-bareng!” kata anak yang bernama Dek Ti.  “Mai nae mih!” sahut Rendi menimpali. “Tapi pang tegeh mare yang nyak” jawab Mang Ari. “Nah nah!” jawab Dek Ti dan Rendi hampir berbarengan.
Mereka pun mulai mengambil semua Lego dan membangun gedung sampai gedung itu benar-benar tinggi, setinggi mereka. Namun, gedung itu mulai goyang karena terlalu tinggi.
“Adah labuh ne jani!” teriak Mang Ari takut. “Gisiang tengah ne Mang, saya nyemakang Lego ne buin pang sing labuh ye, engalin!” perintah Dek Ti sambil bergegas mengambil beberapa Lego untuk menopang gedung itu. “Rendi beten ne gisi jani!” Kata Dek Ti lagi dan seketika Rendi memegang bagian bawah gedung itu dengan kedua tangannnya.
Sampai akhirnya Dek Ti bisa menopang gedung itu dan jadilah gedung setinggi satu meter buatan anak PAUD. Semua anak lain yang melihat hal itu tepuk tangan memberikan penghargaan atas apa yang dibuat ketiga anak itu.
Sebenarnya, dalam semua permainan anak pasti mempelajari sesuatu di dalamnya, sadar atau tidak.  Hendaknya kita mengerti itu dan memberikan anak-anak keleluasaan dalam bermain karena dengan permainan kita akan mengetahui bakat anak kita dalam bidang apa nantinya.
Mungkin saja, pada saat saya sedang bermain dengan batu balok Lego, jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain tentang bentuk-bentuk batu balok Lego dan keseimbangan ! Siapa tahu kemudian hari saya bisa menjadi arsitek!
Pada saat saya sedang bermain dengan boneka-boneka, bersalin pakaiannya, bermain rumah-rumahan, jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain, saya sibuk sedang meng-kreasikan pakaian boneka-boneka, Siapa tahu kemudian hari saya bisa menjadi tukang jahit, artis atau desainer!
Pada saat saya duduk di kursi dan pura-pura  sedang 'membaca' cerita pada para hadiran, jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain!  Siapa tahu kemudian hari saya bisa menjadi guru!
Pada saat saya sedang mencari serangga-serangga di semak-semak,  jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain!  Siapa tahu kemudian hari saya bisa menjadi ilmuwan biologi (ilmu alam)!
Pada saat saya sedang sibuk  dan terfokus membuat teka-teki atau pasang bongkar, jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain dan sedang meningkat daya kemampuanku menyelesaikan persoalan dan daya konsentrasiku! Siapa tahu kemudian hari saya bisa menjadi guru matematika, bos bisnis!
Pada saat saya sedang bermain dapur-dapuran dan pura-pura mencicip makanan, jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain!  Saya sedang belajar mengikuti aturan resep makanan dan membedakan cita-cita rasa . Siapa tahu kemudian hari saya bisa menjadi tukang masak.
Pada saat saya sedang belajar gerak badan (lompat dan lari) dan berolahraga,  jangan beranggapan saya bermain saja! Karena saya belajar sambil bermain!  Saya sedang belajar caranya badanku bekerja.!  Siapa tahu kemudian  hari saya bisa menjadi dokter, perawat, penari atau atlit!
Pada waktu ibu dan bapak bertanya pada saya, "Apa dipelajari  hari ini di sekolah?" Dan saya bersahut, "Bermain saja!", Jangan beranggapan saya bermain saja!  Karena saya belajar sambil bermain! Saya menikmati belajar dan sukses dalam pekerjaanku “. Saya mempersiapkan diriku untuk masa depan di kemudian hari.
Hari ini mereka adalah seorang anak dan pekerjaannya adalah bermain. Namun, ingatlah Bermain adalah belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar